Hai sahabat pena, kita kenalan dulu tapi gak usah jabat tangan hehe iyalah kan jauh [garing iya ]. aku rosa salah satu mahasiswi yang hobbynya nulis puisi dan aku juga baru semester satu ni, mau menjalani semester dua, kebetulan aku mahasiswi jurusan sastra indonesia yang cocok banget sama hobby yang aku jalani sekarang ,doain aja kuliahnya biar cepat kelar hehe..
Puisi, puisi dan puisi yang gak akan pernah pudar dari masyarakat tapi udah banyak dari antara kita yang udah jarang banget baca buku, nah di blog Pena-Sastra ini aku tulis puisi-puisiku yang kebetulan udah aku buat lama dan baru sekarang aku publikasikan diblog Pena-Sastra . aku berharap dari para sahabat pena bisa baca puisiku iya , dijamin gak akan nyesel heheehe [akunya maksa].
Senandung pada rintik-rintik
Rabu,19 Desember 2018
tetesannya menemaniku pada kesunyian malam
senandungnya membawaku kedalam pelukan
bergelut pada candaan sang langit
basah pada kata-kata bijaksananya
terlena pada senyum polosnya
membuka kisah pada tetes demi tetes
mencoba lupa namun terbuka
entahlah, rasanya merindu
secercah kisah itu telah menari dalam mata kecilku
apa aku sanggup, menikmati senyummu dalam kebohongan?
aku merindu pada kisah dimana rintik-rintik itu.
Isak dibalik Payung Biru
Minggu,23 Desember 2018
Minggu,23 Desember 2018
Awan beranjak pergi dari peradabannya
Kicauan burung mulai terdengar jauh
Tetesan nikmat telah datang bertamu
Bersamaan dengan tetesan nyata pada mata kecilku
Menatap pada langit yang menangis
Dibalik payung biru aku menikmatinya
Disela-sela deruan air
Aku bergelut pada tubuh kecilku
Menggerakkan kaki-kaki mungilku
Seolah-olah semuanya baik
Tapi ada deruan lain diantara deruan hujan
Ada tetesan lain dibalik payung berwarna biru.
Matahari ku
Minggu,23 Desember 2018
Apa kabar matahari?
Kau buatku bersinar seperti wajahmu
Meninggalkan secercah kepahitan
Dalam keheningan
Berusaha bahagia walau tak nyata
Menyimpan tangisan dikelopak mata
Apa kabar matahari?
Senyummu indah bagai rembulan malam
Senyummu menenangkan bagaikan hempasan angin.
Kau siapa??
Minggu,23 Desember 2018
Kau siapa ?
hanya secercah harapan
Lukamu membekas sampai pada akar-akarnya
Kau siapa?
Pergi tanpa pamit
Seperti sang penjahat
Kau siapa?
Pengembara cinta tanpa kenyataan
Kau membawaku terbang kelangit biru tapi kau juga yang menjatuhkanku ketanah
Kau hempaskan aku begitu saja
Taulan
Minggu,23 Desember 2018
Dia adalah aku
Dan aku seperti dia
Kami menjadi satu
Sahabat.... Iya
Dia tempatku berbagi kasih ,cinta
Tawa dan air mata
Melangkah bersama
Menikmati setiap pertemuan
Menjadikannya sebuah kenangan
Kadang kala aku berpikir
Apakah kita akan seperti ini selamanya?
Tidak...
Hanya waktu dan kita yang menentukan
Persahabatan ini akan abadi
Meski didunia ini tak akan ada yang abadi.
Embun membasahi bola mataku
Menggerakkan ku pada satu titik
Titik dimana aku menjelma menjadi rapuh
Dimana aku mampu namun tak sanggup
Kata itu ingin kulepaskan namun rasanya tak bisa
Kata itu tinggi, jauh, dan tak dapat digenggam
Seperti mata yang tak mampu melihat kilaunya rambut
Seperti angin yang berhembus kencang namun tak dapat digenggam
Aku melihatnya sekilas dan merasakannya lama
Kata itu ada dalam kepolosan hati
Kata itu slalu datang dan tak pernah pergi
Dia menetap pada tempat yang nyaman
Kau tau jauhnya langkah pada jarak langit?
Iya sangat jauh
Kata itu rindu
Rindu dalam batinku.
Andai Saja
Minggu,23 Desember 2018
Aku siapa?
Aku bukanlah siapa - siapa
Tertawalah sesuka mu
Omongkan semua yang bukan tentangku
Aku hanya bagian dari dedaunan yang kering
Yang rapuh dan berserakan
Yang memakai ku hanyalah sedikit
Mereka memikirkan ku tapi tak menggunakan ku
Seolah-olah aku hanya barang bekas yang dulu baru
setelah usang mereka melempar ku
Aku disia - siakan begitu saja
Aku ingin yang memakai ku generasi muda yang tak akan pernah kalah
Aku ingin mereka tau bahwa aku berharga
Tapi tidak
Mereka bahkan tak tau aku slalu masuk dalam hidup mereka
Aku si juang
Tepatnya kata berjuang
Kata yang hanya hinggap sebentar dan kemudian pergi dalam jiwa kekalahan.
Merindu
Minggu,23 Desember 2018
Pagi bertemakan kopi hitam nan hangat
Dengan balutan sang mentari
Dengan dentuman gelas yang kau bunyikan saat itu
Tersenyum tulus pada wanita kecil dihadapanMu
Membelai setiap helaian rambutnya
Bercerita dengan secercah perkataan yang keluar dari mulut bijaksanaMu
Angin pagi menyambut pertemuan kita
Embun pagi membasahi bola mata ini
Daun-daun turut hadir
Datang bersama dengan hembusan angin
Semua itu kembali lagi
Pada jiwa dan batin wanita kecilMu
Senyum telah sirna, kembali pada kata jatuh
Wanita hebatku
Minggu,23 Desember 2018
Bahagia pada setiap detik, menit bahkan jam
Tersenyum tulus walau beban menguasai jiwa dan batin
Bekerja tanpa lelah
Air mata bahkan tak pernah membasahi bola mata indahMu
Bagai gelas yang mudah pecah nan retak
Bagai buku yang rela menemani ku setiap waktu
Tanpa pernah memikirkan dirinya sendiri
Namun Kau menutupi segalanya
Semilar angin ikut hadir dalam hidupMu
Daun-daun menemani setiap perjalananMu
Kau wanita hebatku
Menjadi Dua sosok dalam setiap langkah kakiku
Sosok bunda dan sosok ayah untukku
Sahabat surga ku.
Senandung dalam Mendung
Minggu,23 Desember 2018
Rintikan hujan pada musim ini mulai gugur
Jatuh pada selembar daun kering yang tak bernyawa
Duduk menepi pada jembatan dikala itu
Bersandar nan bersenandung lewat ucapan
Mengulas sepi pada gelas merah
Membasuh setiap luka dengan rintikan
Menikmati mendung dalam untaian senandung
Bercengrama ria pada semilar angin
Tersenyum polos dengan helaian rambut yang basah
Kaki mungil berlari kesana kemari
Menelusuri setiap tetesan air yang tergelincir
Senandung mempertemukan ku pada rintikan
Rintikan yang menjadi saksi bisu
Hidupku bahagia tanpa mu.
Tawa dibalik Embun
Minggu,23 Desember 2018
Gelap berubah menjadi terang
Mengisyaratkan sang pagi untuk bertamu
Sang matahari pun mulai memancarkan sinar kebanggaannya
Untaian daun saling berpaut
Meninggalkan embun pada sarangnya
Sekelompok bunga merunduk malu akan cahaya yang hadir
Meneduh wajah pada sang langit
Tersenyum polos menanti kicauan burung
Senandung demi senandung di ucapkannya
Pagi bagaikan masa yang ditunggu para penikmat nya
Seolah-olah hidup dimulai pada cerahnya sang langit.
Isak diPenghujung Malam
Minggu,23 Desember 2018
Berjalan pada rumput yang sedang tertidur
Memeluk diri dalam hembusan angin
Menutup mata pada kesunyian malam
Yaa ingin rasanya meneteskan pilu
Bergelut pada malam
Entahlah rasanya diam, sendiri
Bulan bahkan tak menampakkan dirinya
Bintang hanya diam dan gelap
Hanya daun yang bertabur mesra
Sendiri, itu yang kurasa
Meneduh hati pada embun malam
Berharap pada sunyinya malam
Aku merindu.
Senja diujung Desa
Minggu,23 Desember 2018
Sore bertemakan kopi hitam nan hangat
Dengan suasana penuh keheningan
dengan angin yang bertiup damai
Merindu pada hijaunya dedaunan
Jernihnya tetesan air yang mengalir
Tertawa polos saat bergelut pada genangan air
Berlari kesana kemari menginjak sepi
Yaa ingin rasanya terulang kembali
Ingin bertemu pada langit yang tersenyum
Ingin menjelma menjadi wanita kecil
Entahlah, rasanya ingin pulang
Dengan penikmat senja disore itu.
Hai sahabat pena , aku balik lagi di blog Pena-Sastra taraaaaaa....
hehe maafkan daku yang sedikit lebay. nah kali ini aku buat puisi yang temanya itu tentang kerinduaan, pasti kalian bertanya-tanya kenapa slalu buat puisi yang temanya itu santai, lembut kayak bolu amanda, ehh kan jadi laper heehe... karena puisi dengan tema ketenangan itu rasanya cocok di diri aku yang memang dari oroknya lembut hehe [muji diri].
Rindu untukMu
Rabu,26 Desember 2018
Hampa, terluka, gelisah
Ku ingin merintih
Berteriak keras
Aku rindu cinta pertamaku
Matahari mulai redup
Bulan tersenyum
Bintang menjelma menjadi puluhan
Bahkan ratusan biji
Seketika
Harapan dan luka menyatu
Aku, anak perempuan
Menanti kala tiba
Mengurung keheningan
Menggapai rindu
Menanti masa itu kembali
Berharap kau hadir dalam khayalanku
Tersenyum padaku
Mendekap tubuh kecilku
Dan, tak akan pernah melepaskannya
Ayahku...
Rindu dibalik Sajak Biru
Rabu,26 Desember 2018
Deruan air membasahi mata kecilku
Untaian daun saling bertabur mesra di hadapanku
Hembusan angin membawaku pada kisah sajak biru
Senyum polos menghiasi wajah bijaksanaMu
Tangan kekar yang membelai rambut panjangku
Kini bersamaku
Kita berjalan menginjak sepi
Duduk bersamaan diantara air yang mengalir
Saling berpaut dalam sajak biru
Meneduh hati pada indahnya cinta
Aku menikmatinya
Walau hanya sajak biru
Sajak sajak dalam kisah mini.
Selamat sore sahabat pena, apa kabarnya ni ? yang pastinya baik dong, harus baik karena sebentar lagi bakal tahun baru yeyyy... hehe {heboh sendiri}. udah gak sabar untuk lihat kembang api gak ? sama , aku juga .lihat kembang api pas malam tahun baru punya moment tersendiri kan iya . apalagi bareng sama keluarga, pasti seru banget . nah sahabat pena kali ini aku buat puisi yang temanya beda dari puisi yang udah aku buat sebelumnya. yuk mari dibaca ...
Inikah kepedulian
Jumat,28 Desember 2018
Kejam, miris bahkan memprihatinkan
inikah bumi yang selama ini aku pijak
inikah tanah tempat aku dibesarkan
dan inikah tanah yang kelak akan memberi terang
tanah dimana kebenaran bisa diabaikan
keadilan gampang dibuang
kejujuran terombang-ambing
semata-mata karna satu hal
Uang, uang dan uang
hanya sebab nilai nominal lantas moral disingkirkan begitu saja
sampai hatikah sesama saudara saling mencibir dan bertengkar
saat ini kita semua teraniaya
akibat ulah beberapa orang yang pintar dengan bermuka dua
Berongkang kaki dengan pangkat tinggi
Tertawa keras dengan kemirisan rakyat
Berpura pura peduli dengan raut muka pilu
Yah itu hanya kebohongan semata.
Sirna
Jumat,28 Desember 2018
Ketakutan datang menghampiri dunia
Luluh lantakan sebagian kehidupan
Tangisan pilu terus terngiang
Kini Dosa dunia terbayang-bayang
Selamatkah jiwa raga ini ?
Mampukah aku melihat keadaan ini ?
Sungguh,aku berserah pada sang takdir
Korban jatuh bangunan runtuh
Tergeletak tak berdaya hancur tak berharga
Limpahan jasad berserakan diatas jalan
Harta dunia pun tak bisa terjaga
Kebahagiaan dalam dunia telah sirna
Tangisan terus mengalir pada wajah wajah terluka
Rasa kehilangan datang melanda,membuat manusia pasrah pada-NYA.
Dimana akhlak itu
Jumat,28 Desember 2018
Ketika manusia fokus pada materi
Ketika manusia lain tak dianggap manusia lagi
Ketika manusia kehilangan rasa kemanusiannya
Merasa pintar padahal licik
Merasa baik padahal bermuka dua
Merasa tegas padahal otoriter
Merasa seolah-olah peduli Padahal munafik
Masih Pantaskah mereka disebut pemimpin?
Masih Pantaskah mereka disebut makhluk mulia?
Tidak, mereka hanya membuat kebohongan dihadapan dunia
Dunia yang tak lagi memperdulikan kata kebenaran.


















Wihhh kerenn nengku😍
BalasHapusMakasih neng
Hapus